Rabu, 05 November 2008

Warga Bandung di Braunschweig International

Stan Indonesia diorganisasi dr Henny Sudradjat, dokter gigi asal Bandung yang bertugas di Dinas Kesehatan Kota Braunschweig.

SEJAK pukul 08.00 Waktu Eropa Tengah (WET) pada Sabtu, 28 Juni 2008, Kohlmarkt Braunschweig ramai dan disibukkan para pekerja. Kohlmarkt ini kurang lebih plaza untuk pasar kaget, seperti di Gasibu jika hari Minggu.
Berbagai stan didirikan untuk keperluan acara Braunschweig International, yang dibuka Burgermeister (Wali Kota) Braunschweig Dr Gert Hoffmann.


Informasi ini diperoleh Tribun dari Mimi Schlueter, warga Indonesia di Jerman yang pernah ikut menjembatani komunikasi saat Pemkot Bandung berkunjung ke Braunschweig setahun lalu.
Braunschweig International yang diadakan Stadt (Pemkot) Braunschweig setiap tahun sejak 28 tahun lalu merupakan ajang integrasi masyarakat di Braunschweig dan sekitarnya.
Terutama orang orang asing atau pendatang agar bisa berbaur dan hidup berdampingan dengan masyarakat setempat serta pendatang secara harmoni.


Braunschweig adalah sister city Kota Bandung, sister city tertua di Jerman Utara, yang berpenduduk 245.131 (statistik 30 Juni 2007). Tiap kilometer perseginya dihuni oleh 1.276 penduduk.
Di Braunschweig International inilah beragam budaya dari berbagai negara diperagakan di pentas dan bermacam makanan serta suvenir dari seluruh dunia bisa dinikmati.


Tahun ini untuk yang ketiga kalinya stan Indonesia ikut meramaikan acara ini, yang diisi dengan peragaan tari Indang dan tari Tempurung dari Sumatra Barat oleh Sanggar Ananda Braunschweig.
Tampil juga makanan khas Indonesia seperti sate saus kacang, mi goreng, nasi rendang, martabak mesir, kue wingko, serta tidak ketinggalan tentunya cocktail bali terkenal buatan Ibu dr Sudradjat.
Tahun lalu, acara ini dihadiri Teuku Darmawan, Konsul Jenderal RI di Hamburg, yang didampingi Herr Wofgang Sehrt selaku Presiden Deutsch Indonesische Gesellschaft (DIG) atau Persatuan Indonesia Jerman.


Juga hadir Herr Roland dari Staathochbaumanagement (seperti Bappeda) Provinsi Niedersachsen (Lower Saxony) Jerman Utara.
Stan Indonesia diorganisasi dr Henny Sudradjat, dokter gigi asal Bandung yang bertugas di Dinas Kesehatan Kota Braunschweig. Sebagai orang Indonesia, ini kebanggaan baginya untuk memperlihatkan Indonesia di Jerman, khususnya di Braunschweig.


Apalagi selama ini Indonesia belum pernah ambil bagian di Braunschweig International. Henny Sudradjat aktif di Indonesische Deutsche Freundeskreis (IDFK) atau Perkumpulan Persaudaraan Indonesia-Jerman.
Stan Indonesia, yang terletak antara stan Palestina dan Bosnia, berhadapan dengan stan Spanyol, Meksiko, dan Afrika Selatan, ramai dikunjungi.


Apalagi kalau Ibu Mai Munk sedang membakar satenya, yang menebarkan wangi bikin orang lapar. Satu porsi berisi tiga tusuk sate ayam plus sedikit nasi harganya 3,50 euro (kurang lebih Rp 50 ribu).
Itu sudah termasuk murah dibandingkan kalau makan di restoran atau warung di luar. Stan lainnya juga menebarkan wangi yang menitikkan liur untuk mencobanya, seperti stan Turki dengan wangi kebabnya. Atau stan Bosnia dengan cevapcici-nya, serta Jepang dengan shusi-nya. Masing masing punya cara tersendiri menarik pengunjung untuk mencoba masakan mereka.


Braunschweig International diikuti 30 perkumpulan warga dari seluruh dunia yang berada di Braunschweig dan sekitarnya. Ajang ini jadi pintu dunia untuk menyatukan kita bersama tanpa ada pembedaan lagi soal asal usul dan warna kulit.
"Stop Rasismus, Wir Sind Alle Auslander (Stop Rasisme, Kita Semua Orang Asing)." Ini slogan yang dipakai dalam even ini.


Untuk stan-stan Indonesia, ada juga flyer atau brosur terkait Visit Indonesia Year 2008 yang dikirim kedutaan dan konsulat. Di mana mana juga gencar diadakan Indonesische Tag atau Hari Indonesia.
Pekan ini digelar acara "Kampoeng Nusantara" di Hannover. Acara ini diorganisasi The Dream Team Saraswati Kultur Service, PPI Hannover, dan Samnok Wohnkultur.


Konsep Kampung Nusantara adalah membuat sebuah miniatur Indonesia lengkap dengan segala suasana dan pelayanannya. Ada gerbang masuk yang di situ orang akan diberi paspor dan visa untuk bisa menjadi warga legal di kampung ini.


Setelah memperoleh paspor, pengunjung bisa menikmati semua yang ada di arena. Tontonan kesenian dari berbagai daerah, mulai seni dari Banyuwangi, Batak, sampai poco-poco. Ada juga tukang ngamen, pop ndut, jazz, sampai lagu-lagu daerah.


Suara gamelan sayup-sayup, bau sate merebak di udara, minum teh kotak dingin, atau bir Bintang, kopi tubruk, dan onde-onde. Suasana diciptakan betul-betul seperti di kampung halaman.
Ada juga kios kopi tubruk sambil kenalan sama para dakocan (dagang kopi cantik). Main gaple, cap sa, kalau mau silakan. Pakai sarung, foto-foto bareng boleh-boleh aja. Lomba lari karung, junjung botol, bakiak ria, sampai lomba goyang dangdut, kalau mau.
Semua transaksi pakai mata uang rupiah. Ada money changer di sini. Juga dibuat warung kaki lima, ada becak, bajaj, tukang ngamen, siaran RRI, cowok-cewek ganteng Hannover pun diundang. Kampung Nusantara dihelat 5 Juli ini.

Tidak ada komentar: